gelembung

Rabu, 18 Juli 2012

askep atresia ani



KATA PENGANTAR

Segala puji semoga tidak luluh dan kering dari lidah seorang insan sebagai tanda syukur atas nikmat, hidayah keislaman yang diberikan oleh sang khaliq yakni Allah SWT, sholawat serta salam semoga tetap tecurah bagi sang reformis dunia dari zaman kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti sekarang ini yaitu Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga beliau, sahabat dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir jaman.
Kesyukuran yang luar biasa atas diberikannya kesempatan bagi penulis untuk dapat menyeleseikan makalah tentang atresia ani ini, yang merupakan salah satu tugas dari “Nursing Simulation Program (NSP)”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing NSP yang telah mendidik penulis sehingga terselesaikannya makalah ini, serta teman-teman yang telah membantu dan memberi semangat.
Pada makalah ini terdapat pembahasan singkat tentang Atresia Ani dan asuhan keperawatan pada klien yang menderita Atresia Ani.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa SSG pada  khususnya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kiranya Alloh S.W.T berkenan memberikan perlindungan dan bimbinganNya.



Yogyakarta, 10 Mei 2008


Penulis             

DAFTAR ISI

Halaman Judul  ............................................................................................    i
Kata Pengantar ............................................................................................    ii
Daftar Isi                      ............................................................................................    iii
BAB I              : LANDASAN TEORI
A.     DEFINISI        ....................................................................    4
B.     ETIOLOGI      ....................................................................    4
C.     PATOFIOLOGI          ........................................................    5
D.     TANDA DAN GEJALA          ............................................    6
E.      DIAGNOSA ATRESIA ANI   ............................................    6
F.      BAGAN TERJADINYA ATRESIA ANI         ....................    8
G.     PENATALAKSANAAN        ............................................    9
BAB II             : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN MASALAH ATRESIA ANI        ................................    16       

BAB III            : PENUTUP     .................................................................................   27       

DAFTAR PUSTAKA  ............................................................................................    28

BAB I
LANDASAN TEORI

  1. DEFINISI
      Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, tresis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura.
      Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Jadi ATRESIA ANI adalah bentuk kelainan bawaan dimana tidak adanya lubang dubur terutama pada bayi, rektum yang buntu terletak di atas levator sling yang juga dikenal dengan istilah "AGNESIS REKTUM".
      Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforate atau malformasi anorectal. Jika atresia ani terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:         
1.   Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus (Tipe pertama)
2.   Membran anus yang menetap (Tipe Kedua)
         3.  Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-   macam jarak dari peritoneum (Tipe Ketiga)
      4.   Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum (Tipe Keempat)


  1. ETIOLOGI
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1.      Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
2.      Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3.      Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
4.      Insiden + 1 : 4000 – 5000
5.      Secara tertutup diasosiakan dengan devidasi kongenital lainnya seperti : penyakit jantung, atresia esofagus, spinal malformasi, hidronefrosis, BBLR.


  1. PATOFISIOLOGI
Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genitor urinary dan struktur anoretal.
Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan janin. Kegagalan tersebut terjadi karena abnormalitas pada daerah uterus dan vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate ini terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula. Obstuksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate (rektovesika) pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis).




  1. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau anus imperforata terjadi dalam waktu 24-48 jam. Gejala itu dapat berupa:
1.   Perut kembung dan membuncit
2.   Muntah
3.   Tidak ada anus yang terbuka
4.   Tidak bisa buang air besar
5.   Tidak ada mekonium
6.   Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan
7.   Termometer oleh jari kecil tidak dapat masuk ke dalam rectum
8.   Pada bayi perempuan biasanya disertai vistula recta vagina, jarang disertai vistula recta ana
9.   Pada bayi laki laki sering disertai vistula recta urinari; dalam urin ada meconium


  1. DIAGNOSA
Anamnesis perjalanan penyakit yang khas dan gambaran klinis perut membuncit seluruhnya merupakan kunci diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis ialah pemeriksaan radiologik dengan enema barium. Disini akan terlihat gambaran klasik seperti daerah transisi dari lumen sempit ke daerah yang melebar. Pada foto 24 jam kemudian terlihat retensi barium dan gambaran makrokolon pada hirschsprung segmen panjang.
Pemeriksaan biopsi hisap rektum dapat digunakan untuk mencari tanda histologik yang khas yaitu tidak adanya sel ganglion parasimpatik dilapisan muskularis mukosa dan adanya serabut syaraf yang menebal pada pemeriksaan histokimia, aktifitas kolinaterase meningkat.
Atresia ani biasanya jelas sehingga diagnosis sering dapat ditegakkan segera setelah bayi lahir dengan melakukan inspeksi secara tepat dan cermat pada daerah perineum. Diagnosis kelainan anurektum tipe pertama dan keempat dapat terlewatkan sampai diketahui bayi mengalami distensi perut dan tidak mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium.
Pada bayi dengan kelainan tipe satu/kelainan letak rendah baik berupa stenosis atau anus ektopik sering mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium. Pada stenosis yang ringan, bayi sering tidak menunjukkan keluhan apapun selama beberapa bulan setelah lahir. Megakolon sekunder dapat terbentuk akibat adanya obstruksi kronik saluran cerna bagian bawah daerah stenosis yang sering bertambah berat akibat mengerasnya tinja.
Bayi dengan kelainan tipe kedua yang tidak disertai fistula/fistula terlalu kecil untuk dilalui mekonium sering akan mengalami obstruksi usus dalam 48 jam setelah lahir. Di daerah anus seharusnya terbentuk penonjolan membran tipis yang tampak lebih gelap dari kulit disekitarnya, karena mekonium terletak dibalik membran tersebut.
Kelainan letak tinggi atau agenesis rectum seharusnya terdapat suatu lekukan yang berbatas tegas dan memiliki pigmen yang lebih banyak daripada kulit disekitarnya sehingga pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan lubang fistulla pada dinding posterior vagina/perinium, atau tanda-tanda adanya fistula rektourinaria. Fistula rektourinaria biasanya ditandai oleh keluarnya mekonium serta keluarnya udara dari uretra.
      Diagnosis keempat dapat terlewatkan sampai beberapa hari karena bayi tampak memiliki anus yang normal namun saluran anus pendek dan berakhir buntu. Manifestasi obstruksi usus terjadi segera setelah bayi lahir karena bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium. Diagnosis biasanya dapat dibuat dengan pemeriksaan colok dubur.











  1. BAGAN TERJADINYA ATRESIA ANI



Factor congenital,
factor lain tidak diketahui penyebabnya
 
 


 


























  1. PENATALAKSANAAN
Penanganan secara preventif antara lain:
1.   Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia ani.
2.   Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai tiga hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
3.   Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.

Rehabilitasi dan Pengobatan
Penatalaksanaan Atresia ani tergantung klasifikasinya :
1.   Melakukan pemeriksaan colok dubur
2.   Melakukan pemeriksaan radiologik pemeriksaan foto rontgen bermanfaat dalam usaha menentukan letak ujung rectum yang buntu setelah berumur 24 jam, bayi harus diletakkan dalam keadaan posisi terbalik selama tiga menit, sendi panggul dalam keadaan sedikit ekstensi lalu dibuat foto pandangan anteroposterior dan lateral setelah petanda diletakkan pada daerah lekukan anus.
3.   Melakukan tindakan kolostomi neonatus tindakan ini harus segera diambil jika tidak ada evakuasi mekonium.
4.   Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setIap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi sendiri dirumah dengan jari tangan yang dilakukan selama 6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan normal.
5.   Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.
6.   Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui anoproktoplasti pada masa neonatus
7.   Melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain: operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun) operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-!2 bulan) pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
8.   Penanganan tipe empat dilakukan dengan kolostomi kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-through" manfaat kolostomi adalah antara lain:
a.   Mengatasi obstruksi usus
b.   Memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan lapangan operasi yang bersih
c.   Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan bawaan yang lain.
Fena dan Defries pada tahun 1982 memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero sagital anorectoplasty, yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan fistel. Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya secara jangka panjang, meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik serta antisipasi trauma psikis. Sebagai Goalnya adalah defekasi secara teratur dan konsistensinya baik. Untuk menanganinya  secara tepat, harus ditentukankan ketinggian akhiran rectum yang dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan USG.
Komplikasi yang terjadi pasca operasi banyak disebabkan oleh kegagalan menentukan letak kolostomi, persiapan operasi yang tidak adekuat keterbatasan pengetahuan anatomi, ketrampilan operator yang kurang serta perawatan post operasi yang buruk.  Dari berbagai klasifikasi penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran rectum dan ada tidaknya fistula.
Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien. Teknik ini merupakan pengganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT). Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding perut, banyak menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi.
Teknik Operasi
Ø      Dilakukan dengan general anestesi , dengan endotrakeal intubasi , dengan posisi pasien tengkurap dan pelvis ditinggikan
Ø      Stimulasi perineum dengan alat Pena Muscle Stimulator untuk identifikasi anal dimple
Ø      Incisi bagian tengah sacrum kearah bawah melewati pusat spingter dan berhenti 2 cm didepanya
Ø      Dibelah jaringan subkutis , lemak, parasagital fiber dan muscle complek.
Os Coxigeus dibelah sampai tampak muskulus levator , dan muskulus levator dibelah tampak dinding belakang rectum
¨      Rectum dibebas dari jaringan sekitarnya
¨      Rectum ditarik melewati levator, muscle complek dan parasagital fiber
¨      Dilakukan anoplasti dan dijaga jangan sampai tension.    
Perawatan Pasca Operasi  PSARP  (Postero Sagital Anorecto Plasti)
  1. Antibiotik  intra vena diberikan selama 3 hari ,salep antibiotik diberikan selama 8-10 hari.
  2. 2 minggu pasca operasi dilakukan anal dilatasi dengan heger dilatation, 2x sehari tiap minggu dilakukan anal dilatasi dengan anal dilator yang dinaikan ukuran sesuai dengan umurnya.

   


Businasi dihentikan bila busi nomor 13-14 mudah masuk            
UMUR                                                UKURAN           
1 - 4 Bulan                                          # 12           
4 - 12 bulan                                        #13           
8 - 12 bulan                                        # 14           
1-3 tahun                                            # 15           
3 - 12 tahun                                        # 16           
> 12 tahun                                          # 17  

FREKUENSI                                                DILATASI
Tiap 1hari                                           1x dalam 1 bulan
Tiap 3 hari                                          lx dalam 1 bulan
Tiap 1 minggu                                   2 x dalam 1 bulan
Tiap 1 minggu                                   1x dalam 1 bulan
Tiap 1 bulan                                       lx dalam 3 bulan
Kalibrasi anus tercapai dan orang tua mengatakan mudah mengejan serta tidak ada rasa nyeri dilakukan 2x selama 3-4 minggu merupakan indikasi tutup kolostomi, secara bertahap frekuensi diturunkan.       




Skoring Klotz
VARIABEL                                                     KONDISI                                    SKOR
Defekasi                                                        1-2 kali sehari                                    1
                                                                       2 hari sekali                                      1
                                                                       3 – 5 kali sehari                                2 
                                                                       3 hari sekali                                      2
                                                                      > 4 hari sekali                                    3 
Kembung                                                        Tidakpernah                                      1
                                                                       Kadang-kadang                                 2
                                                                       Terus menerus                                  3 
Konsistensi                                                      Normal                                             1
                                                                         Lembek                                            2 
                                                                         Encer                                                3 
Perasaan ingin BAB                                     Terasa                                                 1
                                                                     Tidak terasa                                         3
                                                                     Tidak pernah                                        1
                                                                     Terjadi bersama flatus                         2
                                                                     Terus menerus                                     3 
Soiling                                                         Tidak Pernah                                         1
                                                                   Terjadi bersama flatus                            2
                                                                   Terus menerus                                        3  


Kemampuan menahan feses
 yang akan keluar                                            > 1 menit                                            1
                                                                      < 1 menit                                            2  
                                                                      Tidak bisa menahan                           3 
Komplikasi                                                    Tidak ada                                           1
                                                                      Komplikasi minor                              2
                                                                      Komplikasi mayor                             3  
Penilaian hasil skoring :
Nilai skoring 7 – 21 --->               7              = Sangat baik
                                                8 – 10             = Baik
                                                11-13              = Cukup
                                                > 14                = Kurang
           














BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. X
DENGAN MASALAH ATRESIA ANI DI BANGSAL X
RUMAH SAKIT X

A.     PENGKAJIAN
Tanggal            : ....................
Jam                  : ....................
Tempat : ....................

1.      BIODATA
a.       Identitas Klien
Nama                           :
Tempat,Tgl Lahir          :
Umur                            :
Jenis Kelamin               :
Alamat                         :
Agama                         :
Suku Bangsa                :
Pendidikan                   :
Pekerjaan                     :
No. CM                       :
Tanggal Masuk RS       :
Diagnosa Medis            :

b.      Identitas Penanggung Jawab
Nama                           :
Tempat,Tgl Lahir          :
Umur                            :
Jenis kelamin                :
Alamat                         :
Agama                         :
Suku Bangsa                :
Hubungan Dgn Klien     :

2.      RIWAYAT KESEHATAN
a.       Keluhan Utama :
Distensi abdomen
b.      Riwayat Kesehatan Sekarang :
Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin
c.       Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama kelahiran
d.      Riwayat Kesehatan Keluarga :
Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e.       Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi kejadian atresia ani
f.        Genogram


 











Keterangan :    
                        = Laki-laki meninggal                                        = Perempuan

                        = Perempuan meninggal                                    = Menikah






 
                        = Laki-laki                                                       = Tinggal serumah








 
                        = Klien                                                 = Anak

3.      POLA FUNGSI KESEHATAN
a.       Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang  apa yang dirasakan dan apa yang diinginkan
b.      Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena masih bayi
AKTIFITAS
0
1
2
3
4
Mandi




ü
Berpakaian




ü
Eliminasi




ü
Mobilitas ditempat tidur




ü
Pindah




ü
Ambulansi




ü
Makan
.



ü
Keterangan :
0                    :  Mandiri
1                    :  Dengan menggunakan alat bantu
2                    :  Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3                    :  Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4                    :  Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas
c.       Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
d.      Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e.       Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium
f.        Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi dengan baik pada orang lain
g.       Pola konsep diri
1)      Identitas diri      : belum bisa dikaji
2)      Ideal diri           : belum bisa dikaji
3)      Gambaran diri   : belum bisa dikaji
4)      Peran diri          : belum bisa dikaji
5)      Harga diri         : belum bisa dikaji
h.       Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
i.         Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j.        Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain secara mandiri
k.      Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon terhadap adanya suatu masalah

4.      PEMERIKSAAN FISIK
a.       Keadaan Umum
Klien lemah

b.      Tanda-tanda vital
§         Nadi                       : 120 – 140 kali per menit
§         Tekanan darah        : -
§         Suhu                       : 36,5ºC – 37,6ºC
§         Pernafasan              : 30 – 40 kali per menit
§         BB                         : > 2500 gram
§         TB                         : normal
c.       Data sistematik
1)      Sistem kardiovaskuler
                                                Tekanan darah normal
                                                Denyut nadi normal (120 – 140  kali per menit )
2)      Sistem respirasi dan pernafasan
                                                Klien tidak mengalami gangguan pernapasan
3)      Sistem gastrointestinal
Klien mengalami muntah-muntah, perut kembung dan membuncit
4)      Sistem musculosceletal
                                                Klien tidak mengalami gangguan sistem muskuloskeletal
5)      Sistem integumen
                                                Klien tidak mengalami gangguan sistem integumen
6)      Sistem perkemihan
                                                Terdapat mekonium di dalam urin

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Data Fokus
Data obyektif :
Pra pembedahan :
¨      Klien muntah-muntah
¨      Perut kembung
¨      Perut membuncit
¨      Tidak bisa BAB
¨      Tidak ada anus terbuka
¨      Terdapat mekonium dalam urin
¨      Mekonium keluar dari vagina
¨      Klien lemah
                  Post Pembedahan :
o       Terpasang kolostomi
o       Terpasang infus
o       Luka jahitan post insisi


2.      Analisa Data
No.
Symptom
Problem
Etiologi
1
DO :
-         Klien muntah-muntah
-         Perut kembung
-         Klien lemah
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pengurangan intake
2
DO :
-         Tidak ada anus terbuka
-         Klien tidak bisa BAB
Pola nafas tidak efektif
Distensi abdomen
3
DO :
-         Klien muntah-muntah
-         Klien lemah
Resiko kurang volume cairan
Intake tidak adekuat
4
DO :
-         Terpasang kolostomi
-         Terdapat luka jahitan post insisi
-         Terpasang infus
Resiko infeksi
Proses pembedahan
5
DO :
-         terpasang kolostomi
Kerusakan integritas kulit
Adanya kolostomi


C.     DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH

1.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pengurangan intake
2.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan distensi abdomen
3.      Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat
4.      Resiko infeksi berhubungan dengan proses pembedahan
5.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya kolostomi

D.    PERENCANAAN

Waktu
No. DX
Tujuan
Intervensi
Rasional
Tgl
Jam


1




















2




































3





























4
























5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama....x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien  terpenuhi dengan kriteria hasil :
Nutritional status : food and fluid intake
-   100804 intake cairan
-   100805 intake nutrisi parenteral

Keterangan :
1 = tidak adekuat
2 = sedikit adekuat
3 = cukup adekuat
4 = adekuat
5 = sangat adekuat


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan pola nafas klien efektif dengan kriteria hasil :
Respiratory status : ventilation
-   040301 kecepatan respirasi dalam batas normal
-   040302 irama nafas dalam batas normal
-   040304 ekspansi dada simetris
-   040309 tidak menggunakan otot bantu pernapasan
-   040316 tidak menunjukkan nafas pendek

Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan klien terpenuhi dengan kriteria hasil :
Fluid balanced :
-   060109 berat badan stabil
-   060113 mata tidak cekung
-   060115 tidak menunjukkan kehausan abnormal
-   060117 membran mukosa lembab

Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan klien bebas dari tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil :
Risk detection :
-   190801 klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan integritas kulit dapat dikontrol dengan kriteria hasil :
Tissue integrity :
-   110101 temperatur jaringan dalam batas normal
-   110102 sensasi dalam batas normal
-   110103 elastisitas dalam batas normal
-   110104 hidrasi dalam bats normal
-   110105 pigmentasi dalam batas normal
-   110111 perfusi jaringan baik


Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Management cairan :
§         Timbang popok/pembalut jika diperlukan
§         Monitor vital sign
§         Monitor berat badan sebelum dan setelah dialysis
§         Kolaborasikan pemberian cairan IV
§         Monitor status nutrisi
§         Berikan cairan IV pada suhu ruangan








Respiratory monitoring:
§       Monitor frekuensi, ritme, kedalaman pernapasan
§       Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan dan retraksi otot intercostal
§       Monitor pernapasan hidung
§       Monitor pola napas : adanya takipnea
§       Palpasi ekspansi paru




Oxygen therapy :
§         Pertahankan jalan nafas yang paten
§         Atur peralatan oksigenasi
§         Monitor aliran oksigen
§         Pertahankan posisi klien
§         Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi








Fluid management :
§       Timbang popok/pembalut jika diperlukan
§       Monitor vital sign
§       Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
§       Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, takanan darah ortostatik) jika
§       Monitor status nutrisi
§       Kolaborasikan pemberian cairan IV














Infection protection :
§       Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
§       Batasi pengunjung
§       Pertahankan teknik cairan asepsis pada klien yang beresiko
§       Pertahankan teknik isolasi
§       Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
§       Ajarkan keluarga klien tentang tanda dan gejala infeksi
§       Laporkan kecurigaan infeksi








Pressure management :
§       Hindari kerutan pada tempat tidur
§       Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
§       Monitor kulit akan adanya kemerahan
§       Oleskan lotion/baby oil pada daerah yang tertekan
§       Monitor status nutrisi  klien

§       Untuk mengetahui banyaknya cairan yang keluar
§       Untuk mengetahui keadaan umum bayi
§       Untuk mengetahui keluarnya cairan setelah dialisis
§       Untuk memberikan asupan nutrisi pada bayi
§       Untuk mengetahui status nutrisi bayi
§       Untuk memberikan asupan nutrisi pada bayi




§       Untuk mengetahui pernapasan dalam rentang normal
§       Untuk mengetahui pengembangan paru dan tingkat kesulitan bernafas
§       Untuk mengetahui pola napas klien
§       Untuk mengetahui perkembangan pola napas klien
§       Untuk mengetahui kemampuan pengembangan paru-paru klien


§       Untuk mempertahankan pola nafas yang efektif
§       Untuk memberikan bantuan pernapasan
§       Untuk mengontrol kebutuhan oksigen klien
§       Untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas
§       Untuk mengetahui secara dini adanya hipoventilasi


§       Untuk mengetahui output
§       Untuk mengetahui keadaan umum klien
§       Untuk mengontrol status nutrisi klien
§       Untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi
§       Untuk mengetahui adanya kekurangan cairan
§       Untuk mencukupi intake klien















§       Untuk mengetahui tanda infeksi lebih dini
§       Untuk menghindari kontaminasi dari pengunjung
§       Untuk mencegah penyebab infeksi
§       Untuk mengetahui kebersihan luka dan tanda infeksi
§       Agar gejala infeksi dapat di deteksi lebih dini
§       Agar gejala infeksi dapat segera teratasi








§       Untuk mencegah perlukaan pada kulit
§       Untuk menjaga ketahanan kulit
§       Untuk mengetahui adanya tanda kerusakan jaringan kulit
§       Untuk menjaga kelembaban kulit
§       Untuk menjaga keadekuatan nutrisi guna penyembuhan luka

     


















BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
            ATRESIA ANI adalah kelainan bawaan yang harus segera ditangani dan sesungguhnya dapat dicegah oleh ibu hamil dan dapat diobati dengan penanganan yang serius dan sesuai prosedur agar jumlah penderita dapat ditekan yang kini telah mencapai 4000 kelahiran hidup yang sebagian besar bayi dengan kelainan bentuk anurectum lahir dalam keadaan prematur.
            Atresia ani biasanya jelas sehingga diagnosis sering dapat ditegakkan segera setelah bayi lahir dengan melakukan inspeksi secara tepat dan cermat pada daerah perineum.


















DAFTAR PUSTAKA

-         Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan INFOMEDIKA JAKARTA : Jakarta
-          Nelson,Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC: Jakarta
-         Sjamsuhidayat.R. 2003. ILMU BEDAH. EGC : Jakarta
-          Benson CD et al. Pediatric Surgery, Vol.2. Chicago: Year Book Medical Publishers, inc. 1962; 82156
-         Raffensperger;G. Swenson's Peddiatric Surgery, 5th eds. Connecticut: Apple ton & Lange, 1992; 586623
-         Cook RCM. Anorectal malformation: neonatal management In: Dudley H, Carter
-         www.medic8.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar