gelembung

Sabtu, 09 Juni 2012

lp dan askep febris

Febris (demam) yaitu meningkatnya temperature tubuh secara abnormal (Asuhan Keperawatan Anak 2001).
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih dari 38 C (Fadjari Dalam Nakita 2003).
Etiologi Febris
Suhu lingkungan.
Adanya infeksi.
Pneumonia.
Malaria.
Otitis media.
Imunisasi
(Kesehatan anak 1999, Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000)
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Klasifikasi Febris
1.    Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
2.    Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
3.    Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana
4.    Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
5.    Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula

KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
Fever
Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis
Hyperthermia
Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan
Malignant Hyperthermia
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan otot karena anestesi total

Klasifikasi sindrom hipertermia
Sindrom
Tanda gejala
Pengobatan
Adrenergic fever
Hyperexia, kejang, kegagalan liver, infark miokard, hemoragi subarachnoid
Simpatolitik (carvedilol), benzodiazepine
Neuroleptic malignant syndrome
Perubahan status mental, hipertermi
Bromocriptine, dantrolene, L-dopa, amantadine
Antikolinergik syndrome
Peripheral (kulit merah kering, takikardia), tanda sentral (midriasis, tremor, disorientasi, coma)
Sedatives, physostigmin (controversial)
Malignant hyperthermia
Kekauan otot, keadaan hipermetabolic, hipercarbia
Discontinuation of anesthetics, dantrolene
Drug induced
Sebagian besar unspesifik, pola variasi demam sangat luas
Melihat obat penyebabnya


Pemeriksaan Diagnostik
1.    Uji coba darah,
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2.    Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3.    Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4.    Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
Penatalaksanaan Febris
1.    Secara Fisik
a.    Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b.    Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c.    Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d.   Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
e.    Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
f.     Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g.    Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
h.    Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.

2.    Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a.    Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b.    Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup parasetamol
c.    Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.

Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Komplikasi Febris
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2.    Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak
3.    KeluhanuUtama
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari, muntah dan mual bila makan dan minum, lemes, ( umumnya ada gejala lain yang menyertai demam misalnya mual muntah, nafsu makan menurun, diaforesis, gangguan eleminasi, nyeri otot dan sendi)
.
3.    Riwayatakesehatanasekarang
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari terus menerus, mual dan muntah bila makan dan nafsu makan dan minum menurun. Sebelumnya keluarga hanya mengompres anaknya tapi panasnya belum turun juga.
4.    Riwayat kesehatan dahulu
a.Prenatal
Ny. B mengatakan pada waktu hamil mengalami mual dan muntah dan selalu memeriksakansecararutintiapbulankebidan.
b.Natal
Ny. B mengatakan melahirkan di tolong oleh bidan di daerah dan pasien lahir
pada umur kehamilan cukup bulan pada tanggal 17 Juli 2007 dengan kelahiran berat badan 2,4 kg, panjang bayi 44 cm, G1P1A0, kelahiran anak pertama.
c.Riwayatpostnatal
Pasien lahir langsung menangis kuat dan langsung minum ASI, pasien belum pernah mengalami sakit sebelumnya baru kali ini di rawat di Rumah sakit, imunisasi yang pernah di dapat lengkap dan tepat waktunya.
5.    Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ada yang mengalami demam seperti pasien tanpa mual muntah seperti gejala yang dialami pasien, namun sembuh hanya dengan meminum obatyangdibelidipasaran.
7.    Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.Nutrisi
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan nafsu makan normal, 3 x sehari, makanan terdiri dari nasi, sayur, lauk, minum 8 gl/hr turgor kulit baik, mukosa bibirlembab.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan nafsu makan menurun 1 x/hari, minum 4gl/hari.
b.Istirahattidur
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan tidur ± 8-9 jam/hari kadang tidur siang ±3jam/hari.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan tidur 5-6 jam/hari
c.Personalhygiene
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan mandi 2 x/hari dan gosok gigi 2 x/hari, keramas2hari1x.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan mandi disiplin 2 x/hari pagi dan sore.
d.Psikososialdanpsikologis
ibu pasien mengatakan anaknya sering rewel dan tidak seaktif sebelum sakit sertajarangbermaindenganteman
dankeluarga.
f.Keselamatan
Pasiendalamberaktivitasdibantuolehkeluarga.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemas
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda vital :
Head to Toe
a. Kepala
Rambut : warna hitam, kulit kepala nampak kering
Mata : simetris, konjungtiva anemis
Hidung : fungsi penciuman baik, tidak ada sekret
Telinga : tidak ada serumen, pendengaran baik
Mulut : mukosa bibir kering tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Wajah : tampak pucat dan lemas
b. Dada
Jantung I : IC tidak tampak
P : IC kuat angkat
P : Batas
jantung tidak melebar
A : Bunyi jantung I-II simetris
Paru I : Pengembangan dada ka = ki simetris
P : Fremitus seimbang
P : Sonor
A : Bunyi vesikuler
c. Abdomen I : tidak ada distensi abdomen
A : Peristaltik usus ± 15 x/menit
P : Tidak teraba massa
P : Tidak kembung
d. Genetalia : genetalia bersih
e.Ektremitas: lemah dalam menggerakkan tangan, CRT > 2 detik
f.Turgorkulit:jelek
g.PemeriksaanPenunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
Rencana Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi b/d :
- Penurunan sistem tubuh
- Kegagalan untuk mengenal dan mengatasi infeksi
- prosedur infasif
- Nosokomial.
Tujuan/kriteria hasil :
- Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu
- Bebas dari sekresi purulen, bebas dari febris.
INTERVENSI
-
No
Intervensi
Raasional
1.
Berikan isolasi/pantau pengunjung sesui dengan indikasi
Isolasi luka/linen dan mencuci tangan untuk
drainase luka/pembatasan pengunjung dibutuhkan untuk melindungi pasien
dan mengurangi kemungkinan infeksi.
2.
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Mengurangi kontaminasi silang
3.
Dorong pasien untuk menutup mulut dan hidung pada waktu batuk/bersin
Mencegah penyebaran infeksi melalui droplet
infeksi.
4.
Batasi penggunaan alat/prosedur infasif jika memungkinkan
Mengurang jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuknya organisme.
5.
Gunakan tehnik steril pada waktu penggantian balutan/penghisapan/berikan lokasi perawatan, misalnya infus, kateter.
Mencegah masuknya bakteri, mengurangi resiko
infeksi nosokomial
6.
Menggunakan sarung tangan dalam perawatan luka
Mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi.
7.
Pantau suhu tubuh
       Demam 38.5 C-40 C efek endotoksinpada hipotalamus
       Hipotermi tanda penurunan perfusi jaringan
8.
Amati adanya menggigil dan diaphoresis
Menggigil seringkali mendahului memuncaknya
suhu adanya infeksi umum
9.
Kolaborasi pemeriksaan spesimen urine, darah, sputum, luka dalam
pewarnaan gram, kultur
Identifikasi terhadap portal entry dan organisme
penyebab radang, penting dalam pengobatan
10.
Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Dapat membasmi/memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum/penyakit khusus

ANALISA DATA HIPERTERMI
Data
Etiologi
MK
DO: Suhu me^ (>37.5oC)
normal (lansia)
DS: -
Endotoksin, Peradangan
Rangsangan pirogenik lain

Monosit, Makropak, sel Kupffer

Hipotalamus Sitokin

Peningkatan Titik Suhu Prostaglandin

Demam

Hipertermi

2. Hipertermi b/d :
- Peningkatan metabolisme/penyakit
- Dehidrasi
- Efek langsung dari sirkulasi endotosin pada hipotalamus
Tujuan:
       Dalam waktu 1 X 24 Jam suhu tubuh pasien kembali normal (36,5-37,5OC)
Kriteria hasil:
- Suhu dalam batas normal
- Bebas dari kedinginan
- Tidak mengalami komplikasi
No
Intervensi
Rasional
1.
Pantau suhu pasien (derajad dan pola),
perhatian menggigil/ diaforesis.
Suhu 38.9C-41.1C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat dibantu dalam
diagnosis. Demam lanjut lebih 24 jam menunjukkan pneumonia. Demam skarlet (tipoid). Demam remiten(infeksi paru). Deman
intermiten (kembali normal dalam 24 jam), endokarditis, TB. Menggigil mendahului puncak
suhu. Penggunaan antipiretik mengubah pola demam. Bila demam tetap lebih dari 38,9C.
2.
Pantau suhu lingkungan sesuai
Indikasi
Suhu ruangan dirubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
3.
Berikan kompres mandi hangat,
hindari penggunaan alkohol.
Dapat membantu mengurangi demam. Penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Alkohol dapat mengeringkan kulit
4.
Kolaborasi memberikan anti
piretik, mis ;aspirin, dll.
Untuk mengurangi demam aksi sentral hipotalamus membatasi pertumbuhan microorganisme

Febris/Demam

1.   Masalah Yang lazim muncul pada klien

2.    Hipertemia b/d proses penyakit
3.    Resiko injury b/d infeksi mikroorganisme
4.    Resiko defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaporesis

1.   Discharge Planning

5.    Ajarkan pada orang tua mengenal tanda tanda kekambuhan dan laporkan dokter /perawat
6.    Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai denga dosis dan waktu
7.    Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
8.    Instruksikan untuk kontrol ulang
9.    Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
DO: suhu 390C, kulit kemerahan
DS: ibu mengatakan badan anaknya panas
Partikel virus, bakteri muncul di tubuh
Difagosit oleh leukosit, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh granular besar
Melepaskan interleukin-1 sebagai respon terhadap partikel fagosit
Menginduksi pembentukan prostaglandin E2 pada hipotalamus
Muncul reaksi demam
Hipertermi
DO: anak terlihat berkeringat
DS: ibu mengatakan nafsu makan anak ↓
Reaksi demam
Suhu tubuh terlalu hangat
Timbul perasaan gerah
Vasodilatasi pembuluh darah kulit dan berkeringat ↑


1. Hipertemia b/d proses penyakit
Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal
Batasan Karakteristik:
       kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
       serangan atau konvulsi (kejang)
       kulit kemerahan
       pertambahan RR
       takikardi
       saat disentuh tangan terasa hangat
Faktor faktor yang berhubungan :
       penyakit/ trauma
       peningkatan metabolisme
       aktivitas yang berlebih
       pengaruh medikasi/anastesi
       ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat
       terpapar dilingkungan panas
       dehidrasi
       pakaian yang tidak tepat
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
       Suhu tubuh dalam rentang normal
       Nadi dan RR dalam rentang normal
       Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing


NIC :
Fever treatment
       Monitor suhu sesering mungkin
       Monitor IWL
       Monitor warna dan suhu kulit
       Monitor tekanan darah, nadi dan RR
       Monitor penurunan tingkat kesadaran
       Monitor WBC, Hb, dan Hct
       Monitor intake dan output
       Kolaborasikan pemberian anti piretik
       Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
       Selimuti pasien
       Lakukan tapid sponge
       Berikan cairan intravena
       Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
       Tingkatkan sirkulasi udara
       Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation
       Monitor suhu minimal tiap 2 jam
       Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
       Monitor TD, nadi, dan RR
       Monitor warna dan suhu kulit
       Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
       Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
       Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
       Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
       Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
       Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
       Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
       Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring
       Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
       Catat adanya fluktuasi tekanan darah
       Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
       Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
       Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
       Monitor kualitas dari nadi
       Monitor frekuensi dan irama pernapasan
       Monitor suara paru
       Monitor pola pernapasan abnormal
       Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
       Monitor sianosis perifer
       Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
       Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2. Resiko injury b/d infeksi mikroorganisme
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC : Risk Kontrol
Kriteria Hasil :
      Klien terbebas dari cedera
      Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
      Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku personal
      Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury
      Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
      Mampu mengenali perubahan status kesehatan

NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)
       Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
       Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
       Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
       Memasang side rail tempat tidur
       Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
       Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
       Membatasi pengunjung
       Memberikan penerangan yang cukup
       Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
       Mengontrol lingkungan dari kebisingan
       Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
       Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

3. Resiko defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaporesis
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium
Batasan Karakteristik :
       Kelemahan
       Haus
       Penurunan turgor kulit/lidah
       Membran mukosa/kulit kering
       Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi
       Pengisian vena menurun
       Perubahan status mental
       Konsentrasi urine meningkat
       Temperatur tubuh meningkat
       Hematokrit meninggi
       Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing)
Faktor-faktor yang berhubungan:
       Kehilangan volume cairan secara aktif
       Kegagalan mekanisme pengaturan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC:
       Fluid balance
       Hydration
       Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
       Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
       Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
       Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Fluid management
       Timbang popok/pembalut jika diperlukan
       Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
       Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
       Monitor vital sign
       Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
       Lakukan terapi IV
       Monitor status nutrisi
       Berikan cairan
       Berikan cairan IV pada suhu ruangan
       Dorong masukan oral
       Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
       Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
       Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
       Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
       Atur kemungkinan tranfusi
       Persi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar