Febris (demam) yaitu
meningkatnya temperature tubuh secara abnormal (Asuhan Keperawatan Anak 2001).
Febris (demam) yaitu
meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih dari 38 C
(Fadjari Dalam Nakita 2003).
Etiologi Febris
Suhu lingkungan.
Adanya infeksi.
Pneumonia.
Malaria.
Otitis media.
Imunisasi
(Kesehatan anak 1999, Pelayanan kesehaan
maternal dan neonatal 2000)
Demam
terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan
infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain
(Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Klasifikasi Febris
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada
pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara
dua serangan demam disebut kuartana
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda
lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa
hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi
febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
Fever
|
Keabnormalan
elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis
|
Hyperthermia
|
Keabnormalan
suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk hidup sebagian atau
secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang
panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan
|
Malignant
Hyperthermia
|
Peningkatan
suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan otot karena
anestesi total
|
Klasifikasi sindrom
hipertermia
Sindrom
|
Tanda gejala
|
Pengobatan
|
Adrenergic fever
|
Hyperexia, kejang, kegagalan liver,
infark miokard, hemoragi subarachnoid
|
Simpatolitik (carvedilol), benzodiazepine
|
Neuroleptic malignant syndrome
|
Perubahan status mental, hipertermi
|
Bromocriptine, dantrolene, L-dopa,
amantadine
|
Antikolinergik syndrome
|
Peripheral (kulit merah kering,
takikardia), tanda sentral (midriasis, tremor, disorientasi, coma)
|
Sedatives, physostigmin (controversial)
|
Malignant hyperthermia
|
Kekauan otot, keadaan hipermetabolic,
hipercarbia
|
Discontinuation of anesthetics,
dantrolene
|
Drug induced
|
Sebagian besar unspesifik, pola variasi
demam sangat luas
|
Melihat obat penyebabnya
|
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Uji
coba darah,
Contoh pada Demam Dengue
terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai
trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa
perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX,
dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin
meningkat, reverse alkali menurun.
2.
Pembiakan
kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin
ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada
tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4.
Ultrasonografi,
endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
Penatalaksanaan Febris
1. Secara Fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan :
Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur
gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak
cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang
disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan
berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup
dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Bukalah pakaian dan selimut yang
berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di
dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk
mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel –
sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut,
minum sebanyak –banyaknyaMinuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu
(anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan
tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
f. Tidur yang cukup agar
metabolisme berkurang
g. Kompres dengan air biasa pada dahi,
ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh
anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas
tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air
es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat
keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi
(keracunan).
h. Saat ini yang lazim digunakan
adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam
kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa
suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur
suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar
atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga
akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik
bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok
the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½
parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet
parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu
dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali
sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Komplikasi
Febris
1. Dehidrasi : demam
↑penguapan cairan tubuh
2.
Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayan otak
3.
KeluhanuUtama
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari, muntah dan mual bila makan dan minum, lemes, ( umumnya ada gejala lain yang menyertai demam misalnya mual muntah, nafsu makan menurun, diaforesis, gangguan eleminasi, nyeri otot dan sendi).
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari, muntah dan mual bila makan dan minum, lemes, ( umumnya ada gejala lain yang menyertai demam misalnya mual muntah, nafsu makan menurun, diaforesis, gangguan eleminasi, nyeri otot dan sendi).
3.
Riwayatakesehatanasekarang
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari terus menerus, mual dan muntah bila makan dan nafsu makan dan minum menurun. Sebelumnya keluarga hanya mengompres anaknya tapi panasnya belum turun juga.
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari terus menerus, mual dan muntah bila makan dan nafsu makan dan minum menurun. Sebelumnya keluarga hanya mengompres anaknya tapi panasnya belum turun juga.
4.
Riwayat kesehatan dahulu
a.Prenatal
Ny. B mengatakan pada waktu hamil mengalami mual dan muntah dan selalu memeriksakansecararutintiapbulankebidan.
b.Natal
Ny. B mengatakan melahirkan di tolong oleh bidan di daerah dan pasien lahir pada umur kehamilan cukup bulan pada tanggal 17 Juli 2007 dengan kelahiran berat badan 2,4 kg, panjang bayi 44 cm, G1P1A0, kelahiran anak pertama.
c.Riwayatpostnatal
Pasien lahir langsung menangis kuat dan langsung minum ASI, pasien belum pernah mengalami sakit sebelumnya baru kali ini di rawat di Rumah sakit, imunisasi yang pernah di dapat lengkap dan tepat waktunya.
a.Prenatal
Ny. B mengatakan pada waktu hamil mengalami mual dan muntah dan selalu memeriksakansecararutintiapbulankebidan.
b.Natal
Ny. B mengatakan melahirkan di tolong oleh bidan di daerah dan pasien lahir pada umur kehamilan cukup bulan pada tanggal 17 Juli 2007 dengan kelahiran berat badan 2,4 kg, panjang bayi 44 cm, G1P1A0, kelahiran anak pertama.
c.Riwayatpostnatal
Pasien lahir langsung menangis kuat dan langsung minum ASI, pasien belum pernah mengalami sakit sebelumnya baru kali ini di rawat di Rumah sakit, imunisasi yang pernah di dapat lengkap dan tepat waktunya.
5. Riwayat kesehatan
keluarga
Keluarga ada yang
mengalami demam seperti pasien tanpa mual muntah seperti gejala yang dialami
pasien, namun sembuh hanya dengan meminum obatyangdibelidipasaran.
7.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.Nutrisi
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan nafsu makan normal, 3 x sehari, makanan terdiri dari nasi, sayur, lauk, minum 8 gl/hr turgor kulit baik, mukosa bibirlembab.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan nafsu makan menurun 1 x/hari, minum 4gl/hari.
b.Istirahattidur
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan tidur ± 8-9 jam/hari kadang tidur siang ±3jam/hari.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan tidur 5-6 jam/hari
a.Nutrisi
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan nafsu makan normal, 3 x sehari, makanan terdiri dari nasi, sayur, lauk, minum 8 gl/hr turgor kulit baik, mukosa bibirlembab.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan nafsu makan menurun 1 x/hari, minum 4gl/hari.
b.Istirahattidur
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan tidur ± 8-9 jam/hari kadang tidur siang ±3jam/hari.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan tidur 5-6 jam/hari
c.Personalhygiene
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan mandi 2 x/hari dan gosok gigi 2 x/hari, keramas2hari1x.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan mandi disiplin 2 x/hari pagi dan sore.
d.Psikososialdanpsikologis
ibu pasien mengatakan anaknya sering rewel dan tidak seaktif sebelum sakit sertajarangbermaindengantemandankeluarga.
f.Keselamatan
Pasiendalamberaktivitasdibantuolehkeluarga.
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan mandi 2 x/hari dan gosok gigi 2 x/hari, keramas2hari1x.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan mandi disiplin 2 x/hari pagi dan sore.
d.Psikososialdanpsikologis
ibu pasien mengatakan anaknya sering rewel dan tidak seaktif sebelum sakit sertajarangbermaindengantemandankeluarga.
f.Keselamatan
Pasiendalamberaktivitasdibantuolehkeluarga.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemas
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda vital :
a. Keadaan umum : lemas
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda vital :
Head to
Toe
a. Kepala
Rambut : warna hitam, kulit kepala nampak kering
Mata : simetris, konjungtiva anemis
Hidung : fungsi penciuman baik, tidak ada sekret
Telinga : tidak ada serumen, pendengaran baik
Mulut : mukosa bibir kering tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Wajah : tampak pucat dan lemas
a. Kepala
Rambut : warna hitam, kulit kepala nampak kering
Mata : simetris, konjungtiva anemis
Hidung : fungsi penciuman baik, tidak ada sekret
Telinga : tidak ada serumen, pendengaran baik
Mulut : mukosa bibir kering tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Wajah : tampak pucat dan lemas
b. Dada
Jantung I : IC tidak tampak
P : IC kuat angkat
P : Batas jantung tidak melebar
A : Bunyi jantung I-II simetris
Paru I : Pengembangan dada ka = ki simetris
P : Fremitus seimbang
P : Sonor
A : Bunyi vesikuler
Jantung I : IC tidak tampak
P : IC kuat angkat
P : Batas jantung tidak melebar
A : Bunyi jantung I-II simetris
Paru I : Pengembangan dada ka = ki simetris
P : Fremitus seimbang
P : Sonor
A : Bunyi vesikuler
c. Abdomen I : tidak
ada distensi abdomen
A : Peristaltik usus ± 15 x/menit
P : Tidak teraba massa
P : Tidak kembung
A : Peristaltik usus ± 15 x/menit
P : Tidak teraba massa
P : Tidak kembung
d. Genetalia :
genetalia bersih
e.Ektremitas: lemah dalam menggerakkan tangan, CRT > 2 detik
f.Turgorkulit:jelek
g.PemeriksaanPenunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
f.Turgorkulit:jelek
g.PemeriksaanPenunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
Rencana Keperawatan
1. Resiko tinggi
infeksi b/d :
- Penurunan sistem
tubuh
- Kegagalan untuk
mengenal dan mengatasi infeksi
- prosedur infasif
- Nosokomial.
Tujuan/kriteria
hasil :
- Menunjukkan
penyembuhan seiring perjalanan waktu
- Bebas dari sekresi
purulen, bebas dari febris.
INTERVENSI
-
No
|
Intervensi
|
Raasional
|
1.
|
Berikan
isolasi/pantau pengunjung sesui dengan indikasi
|
Isolasi
luka/linen dan mencuci tangan untuk
drainase
luka/pembatasan pengunjung dibutuhkan untuk melindungi pasien
dan mengurangi kemungkinan infeksi.
|
2.
|
Cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
|
Mengurangi kontaminasi silang
|
3.
|
Dorong
pasien untuk menutup mulut dan hidung pada waktu batuk/bersin
|
Mencegah
penyebaran infeksi melalui droplet
infeksi.
|
4.
|
Batasi
penggunaan alat/prosedur infasif jika memungkinkan
|
Mengurang jumlah lokasi yang dapat
menjadi tempat masuknya organisme.
|
5.
|
Gunakan
tehnik steril pada waktu penggantian balutan/penghisapan/berikan lokasi
perawatan, misalnya infus, kateter.
|
Mencegah
masuknya bakteri, mengurangi resiko
infeksi nosokomial
|
6.
|
Menggunakan
sarung tangan dalam perawatan luka
|
Mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi.
|
7.
|
Pantau
suhu tubuh
|
•
Demam 38.5 C-40 C efek
endotoksinpada hipotalamus
• Hipotermi tanda penurunan perfusi jaringan
|
8.
|
Amati
adanya menggigil dan diaphoresis
|
Menggigil
seringkali mendahului memuncaknya
suhu adanya infeksi umum
|
9.
|
Kolaborasi pemeriksaan spesimen urine,
darah, sputum, luka dalam
pewarnaan
gram, kultur
|
Identifikasi
terhadap portal entry dan organisme
penyebab radang, penting dalam pengobatan
|
10.
|
Berikan
obat anti infeksi sesuai petunjuk.
|
Dapat membasmi/memberikan imunitas
sementara untuk infeksi umum/penyakit khusus
|
ANALISA DATA
HIPERTERMI
Data
|
Etiologi
|
MK
|
DO:
Suhu me^ (>37.5oC)
normal
(lansia)
DS: -
|
Endotoksin, Peradangan
Rangsangan pirogenik lain
Monosit, Makropak, sel Kupffer
Hipotalamus Sitokin
Peningkatan Titik Suhu Prostaglandin
Demam
|
Hipertermi
|
2. Hipertermi b/d :
- Peningkatan
metabolisme/penyakit
- Dehidrasi
- Efek langsung dari
sirkulasi endotosin pada hipotalamus
Tujuan:
•
Dalam
waktu 1 X 24 Jam suhu tubuh pasien kembali normal (36,5-37,5OC)
Kriteria hasil:
- Suhu dalam batas
normal
- Bebas dari
kedinginan
- Tidak mengalami
komplikasi
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Pantau suhu pasien (derajad dan pola),
perhatian
menggigil/ diaforesis.
|
Suhu
38.9C-41.1C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat
dibantu dalam
diagnosis.
Demam lanjut lebih 24 jam menunjukkan pneumonia. Demam skarlet (tipoid).
Demam remiten(infeksi paru). Deman
intermiten
(kembali normal dalam 24 jam), endokarditis, TB. Menggigil mendahului puncak
suhu. Penggunaan antipiretik mengubah
pola demam. Bila demam tetap lebih dari 38,9C.
|
2.
|
Pantau suhu lingkungan sesuai
Indikasi
|
Suhu ruangan dirubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
|
3.
|
Berikan kompres mandi hangat,
hindari
penggunaan alkohol.
|
Dapat membantu mengurangi demam.
Penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara
aktual. Alkohol dapat mengeringkan kulit
|
4.
|
Kolaborasi memberikan anti
piretik,
mis ;aspirin, dll.
|
Untuk mengurangi demam aksi sentral
hipotalamus membatasi pertumbuhan microorganisme
|
Febris/Demam
1. Masalah Yang lazim muncul pada klien
2. Hipertemia b/d proses penyakit
3. Resiko injury
b/d infeksi mikroorganisme
4.
Resiko defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan
diaporesis
1. Discharge Planning
5. Ajarkan pada
orang tua mengenal tanda tanda kekambuhan dan laporkan dokter /perawat
6. Instruksikan
untuk memberikan pengobatan sesuai denga dosis dan waktu
7. Ajarkan
bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
8. Instruksikan untuk kontrol ulang
9. Jelaskan
factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus
Data
|
Etiologi
|
Masalah Keperawatan
|
DO: suhu 390C, kulit kemerahan
DS: ibu mengatakan
badan anaknya panas
|
Partikel virus,
bakteri muncul di tubuh
↓
Difagosit oleh
leukosit, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh granular besar
↓
Melepaskan
interleukin-1 sebagai respon terhadap partikel fagosit
↓
Menginduksi pembentukan
prostaglandin E2 pada hipotalamus
↓
Muncul reaksi demam
|
Hipertermi
|
DO: anak terlihat berkeringat
DS: ibu mengatakan
nafsu makan anak ↓
|
Reaksi demam
↓
Suhu tubuh terlalu
hangat
↓
Timbul perasaan
gerah
↓
Vasodilatasi pembuluh darah kulit dan berkeringat ↑
|
|
1. Hipertemia b/d proses penyakit
Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal
Batasan Karakteristik:
• kenaikan
suhu tubuh diatas rentang normal
• serangan
atau konvulsi (kejang)
• kulit
kemerahan
• pertambahan
RR
• takikardi
• saat
disentuh tangan terasa hangat
Faktor faktor yang berhubungan :
• penyakit/
trauma
• peningkatan
metabolisme
• aktivitas
yang berlebih
• pengaruh
medikasi/anastesi
• ketidakmampuan/penurunan
kemampuan untuk berkeringat
• terpapar
dilingkungan panas
• dehidrasi
• pakaian
yang tidak tepat
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
•
Suhu tubuh dalam
rentang normal
•
Nadi dan RR dalam
rentang normal
•
Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada pusing
|
NIC :
Fever treatment
• Monitor suhu sesering mungkin
• Monitor IWL
• Monitor warna dan suhu kulit
• Monitor tekanan darah, nadi
dan RR
• Monitor penurunan tingkat
kesadaran
• Monitor WBC, Hb, dan Hct
• Monitor intake dan output
• Kolaborasikan pemberian anti
piretik
• Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
• Selimuti pasien
• Lakukan tapid sponge
• Berikan cairan intravena
• Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
• Tingkatkan sirkulasi udara
• Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
• Monitor suhu minimal tiap 2
jam
• Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
• Monitor TD, nadi, dan RR
• Monitor warna dan suhu kulit
• Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
• Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
• Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
• Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
• Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
• Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
•
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang
diperlukan
• Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
•
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
•
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
•
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
• Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
• Monitor kualitas dari nadi
• Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
• Monitor suara paru
• Monitor pola pernapasan
abnormal
•
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
• Monitor sianosis perifer
• Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
• Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
2. Resiko injury b/d infeksi
mikroorganisme
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
NOC : Risk Kontrol
Kriteria Hasil :
• Klien terbebas dari cedera
• Klien mampu menjelaskan
cara/metode untukmencegah injury/cedera
• Klien mampu menjelaskan factor
resiko dari lingkungan/perilaku personal
• Mampumemodifikasi gaya hidup
untukmencegah injury
• Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
• Mampu mengenali perubahan
status kesehatan
|
NIC : Environment Management
(Manajemen lingkungan)
•
Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
•
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu
pasien
•
Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
• Memasang side rail tempat
tidur
•
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
•
Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau
pasien.
• Membatasi pengunjung
• Memberikan penerangan yang
cukup
•
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
• Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
• Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
•
Berikan
penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
|
3. Resiko
defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaporesis
Definisi :
Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini
mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium
Batasan
Karakteristik :
•
Kelemahan
•
Haus
•
Penurunan
turgor kulit/lidah
•
Membran
mukosa/kulit kering
• Peningkatan
denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi
• Pengisian
vena menurun
• Perubahan
status mental
• Konsentrasi
urine meningkat
• Temperatur
tubuh meningkat
• Hematokrit
meninggi
• Kehilangan
berat badan seketika (kecuali pada third spacing)
Faktor-faktor yang berhubungan:
• Kehilangan
volume cairan secara aktif
• Kegagalan
mekanisme pengaturan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
NOC:
• Fluid balance
• Hydration
• Nutritional Status : Food and
Fluid Intake
Kriteria Hasil :
• Mempertahankan urine output
sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
• Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal
• Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
|
Fluid management
•
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
•
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
•
Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
•
Monitor vital sign
•
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
kalori harian
•
Lakukan terapi IV
•
Monitor status nutrisi
•
Berikan cairan
•
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
•
Dorong masukan oral
•
Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
•
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
• Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
•
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk
•
Atur kemungkinan tranfusi
• Persi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar