gelembung

Rabu, 18 Juli 2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta kelancaran dalam terselesainkan tugas ini dengan tepat waktu dan sesuai dengan judul ‘’ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS”. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Sistem Pencernaan II.
Penyusun mendapat beberapa literatur yang berhubungan dengan pokok pemasalahan dalam asuhan keperawatan sirosis hepatis ini. Kritik serta saran selalu kami tunggu guna kesempurnaan makalah selanjutnya.



                                                                                            Jombang, April 2012


                                                                                                     Penyusun



















DAFTAR ISI 

COVER
Kata Pengantar ............................................................................................... ........    i
Daftar Isi          ...................................................................................................         .....   ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang                ....................................................................................            1
1.2  Rumusan Masalah           ....................................................................................            2
1.3  Tujuan                            ....................................................................................            2

BAB II PEMBAHASAN
2.1     Definisi ........................................................................................................    3
2.2     Penyebab (Etiologi)      ............................................................................................    3
2.3     Klasifikasi Morfologi Secara makroskopik sirosis dibagi atas     ....................    3
2.4     Patofisiologi    ........................................................................................................    4
2.5     Manifestasi klinis           ............................................................................................    6
2.6     Komplikasi       ........................................................................................................    7
2.7     Penatalaksanaan           ............................................................................................    8
Ø      Asuhan Keperawatan      ................................................................................    11

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan            ............................................................................................... .........   24
3.2 Saran         ..........................................................................................................  .........   24
Daftar Pustaka






BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bagian hati yang terutama terlibat dalam sirosis terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikus biliaris dari masing-masing lobus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu dalam hati. Daerah ini menjadi tempat inflamsi dan saluran empedu akan tersumbat oleh empedu serta pus yang mengental. hati akan berupaya untuk membentuk saluran empedu yang baru: dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan yang terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.
Ada tiga tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
1.      Sirosis portal laennec
Sirosis portal laennec (disebut juga sirosis alkohollik, portal, dan sirosis gizi) merupakan suatu pola khas sirosis terkait penyalagunaan alkohol yang jumlahnya sekitar 75% atau lebih dari kasus sirosis. Sejumlah 10 hingga 15% peminum alkohol mengalami sirosis.
2.      Sirosis poscanekrotik
Dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya
3.      Sirosis bilier
Dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis); insidenya lebih rendah daripada insiden sirosis laennec dan poscanekrotik


1.2  Rumusan Masalah

a.       Apa  definisi sirosis hepatis ?
b.      Apa etiologi sirosis hepatis ?
c.       Apa saja manifestasi klinik sirosis hepatis ?
d.      Bagaimana patofisiologi sirosis hepatis ?
e.       Bagaimana asuhan keperawatan sirosis hepatis ?

1.3  Tujuan

1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa itu sirosis hepatis.

2.      Tujuan Khusus
·        Mengetahui definisi sirosis hepatis.
·        Mengetahui etiologi sirosis hepatis.
·        Mengetahui manifestasi klinis sirosis hepstis.
·        Mengetahui patofisiologi sirosis hepstis.
·        Mengetahui asuhan keperawatan sirosis hepatis.
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan kronik pada hati, diikuti proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi, sehingga timbul kerusakan dalam susunan parenkim hati.

B.   Penyebab (etiologi)
Penyebab yang sampai sekarang ini belum jelas diantaranya:
1.                   Infeksi virus hepatitis B ataupun C
2.                   Faktor kekurangan gizi
3.                   Zat hepatotoksis
4.                   Penyakit wilson
5.                   Hemokromatosis
6.                   Komsumsi alkohol berlebihan
7.                   Penyakit metaboloik
8.                   Ganguan imuologis

C.   Klasifikasi Morfologi Secara makroskopik sirosis dibagi atas:
1. Sirosis mikronodular : ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di dalam septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata tersebut seluruh lobul. Sirosis mikronodular besar nodulnya sampai 3 mm, sedangkan sirosis makronodular ada yang berubah menjadi makronodular sehingga dijumpai campuran mikro dan makronodular.
2. Sirosis makronodula ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, mengandung nodul yang besarnya juga bervariasi ada nodul besar didalamnya ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau terjadi regenerasi parenkim.
3. sirosis campuran umumnya sirosis hati adalah jenis campuran ini.



 Klasifikasi Fungsional
Secara fungsi, sirosis hati dibagi atas : kompensasi baik (laten,sirosis dini) dekompensasi (aktif, disertai kegagalan hati dan hipertensi portal)
1.        kegagalan hati/hepatoselular : dapat timbul keluhan subjektif berupa lemah, berat badan menurun, gembung, mual, dll
Spider nevi/angiomata pada kulit tubuh bagian atas, muka dan lengan atas. Eritema palmariAsites, Pertumbuhan rambut berkurangAtrofi testis dan ginekomastia pada pria Sebagai tambahan dapat timbul : Ikterus/jaundice, subfebris, sirkulasi hiperkenetik, danfoetor hepatik. Ensefalopati hepatik, bicara gagok/slurred speech, flapping tremor akibat amonia dan produksi nitrogen (akibat hpertensi portal dan kegagalan hati) Hipoalbuminemia, edema pretibial, gangguan koagulasi darah/defisiensi protrombin.
2.         Hipertensi portal : bisa terjadi pertama akibat meningkatnya reistensi portal dan splanknik karena mengurangnya sirkulasi akibat fibrosis, dan kedua akibat meningkatnya aliran portal karena transmisi dari tekanan arteri hepatikke sistem portal akibat distorsi arsitektur hati.Bisa disebabkan satu faktor saja, misalnya peningkatan resistensi atau aliran corta atau keduanya. Biasa yang dominan adalah peningkatan resistensi. Lokasi peningkatan resistensi bisa :prehepatik, biasa kongenital, trombosis vena porta waktu lahir. Tekanan splanknik meningkat tetapi tekanan portal intra hepatik normal. Peningkatan tekanan prehepatik bisa juga diakibatkan meningkatnya aliran splanknik karena fistula atriovenosa atau mielofibrosis limfa.
D.  Patofisiologis

Adanya faktor etilogi menyebabkan peradangan dan kerusakan inekrosis meliputi daerah yang luas (hapatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan modul sel hati. septa bisa dibenyuk dari sel retikulum penyangga kolaps dan berubah menjadi parut. jaringan parut ini dapats menghubungkan daerah portal yang satu dengan yang lain atau portal dengan sentral (bridging neerosis). Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran, dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran daerah portal dan menimbulkan hipertensi portal. Tahap berikutnya terjadi peradangan dan nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis dan septa aktif jaringan kologen berubah dari reversibel menjadi irrevensibel bila telah terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah portal dan parenkhim hati sel limfosit T dan makrofag menghasilkan limfokin dan monokin sebagai mediator fibrinogen,septal aktif ini berasal dari portal menyebar keparenkim hati. Kolagen ada 4 tipe dengan lokasi sebagai berikut:
Tipe 1 : lokasi daerah sentral
Tipe 2: sinusoid
Tipe 3: jaringan retikulin (sinusoid portal)
Tipe 4: membram basal Pada semua sirosis terdapat peningkatan pertumbuhan semua jenis kologen tersebut.
Pembentukan jaringan kologen diransang oleh nekrosis hepatoseluluer dan asidosis laktat merupakan faktor perangsang. Mekanisme terjadinya sirosis hati bisa secara :
v        mekanik
v        imunologis
v        campuran
Dalam hal mekanisme terjadinya sirosis secara mekanik dimulai dari kejadian hepatitis viral akut, timbul peradangan luas, nekrosis luas dan pembentukan jaringan ikat yang luas disertai pembentukan jaringan ikat yang luas disrtai pembentukan nodul regenerasi oleh sel parenkim hati, yang masih baik. Jadi fibrosis pasca nekrotik adalah dasar timbulnya sirosis hati. Pada mekanisme terjadinya sirosis secara imunologis dimulai dengan kejadian hepatitis viral akut yang menimbulkan peradangan sel hati ,nekrosis /nekrosis bridging dengan melalui hepatitis kronik agresif diikuti timbulnya sirosis hati. Perkembangan sirosis dengan cara ini memerlukan waktu sekitars 4 tahun sels yang nengandung virus ini merupakan sumber rangsangan terjadinya proses imunologis yang berlangsung terus menerus sampai terjadi kerusakan hati










Hepatitis virus                                       Alkoholisme

   Nekrosis parenkim paru

                                                Pembentukan jaringan ikat


 


Kegagalan Parenkim Hati          Hipertensi Portal           Asites               Ensefalopati








 
     Nafsu Makan Me                  Varieses Vagus           Penekanan Diafragma      Kesadaran Me
KerusakanKomunikasi
 
                                                           
Perubahan Nutrisi
 
                                                Tekanan Meningkat        Ruang Paru Menyempit          

                        Kelemahan Otot   Pembuluh Darah Pecah               Sesak Nafas





Intoleransi Aktifitas
 

G3 Pola Nafas
 

 
     Hematemesis / Melena        



G3 Perfusi Jaringan
G3 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
 
 





E.   Manifestasi klinis

Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-sel dipenuhi lemak, hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi, nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan renganagan pada selubung fibrosa hati ( kapsul glisoni ). Pada perjalanan penyakit lebih lanjut ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati, apabila dapat di palpasi permukaan hati akan teraba benjol-benjol ( neduler ). Gejala dini non spesifik berupakelelehan, anoreksia, dispesia, fletulen, konstipasi atau diare, berat badan menurun, nyeri tumpul atau berat pada epigastium atau kaudrat kanan atas.


Manifestasi utama dan lanjutan sirosis merupakan akibat dari dua tipe ganguan fisisologik.
a.         Gagal sel hati
§      Ikterus
§      Edema perifer
§      Kecendrungan perdarahan
§      Eritema palmaris ( telapak tangan merah )
§      Angloma laba-laba
§      Faktor hepatika
b.         Hipertensi
§      Splenomegali
§      Varises oesofagus dan lambung
§      Manifestasi sirkulasi kolateral lain sedangkan asites dapat diangap sebagai manifestasi gagal hepatoseluler dan hipertensi portal

F.    Komplikasi
Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif, maka gambaran klinis, prognosis dan pengobatan tergantung pada 2 kelompok besar komplikasi :
1. Kegagalan hati (hepatoseluler);  timbul spider nevi, eritema palmaris, atrofi testis, ginekomastia, ikterus, ensefalopati, dll.
2. Hipertensi portal : dapat menimbulkan splenomegali, pemekaran pembuluh vena esofagus/cardia, caput medusae, hemoroid, vena kolateral dinding perut. Bila penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul komplikasi dan berupa :
3. Asites
4.Ensefalopati
5. Peritonitis bakterial spontan
6. Sindrom hepatorenal
7. Transformasi ke arah kanker hati primer (hepatoma)
8. Ensefalopati
9. Peritonitis bakterial spontan
10. Sindrom hepatoenal
11. Hepatoma


G.  Penatalaksanaan
Terapi & prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini akan dapat dipertahankan keadaan kompensasi dalam jangka panjang dan kita dapat memperpanjang timbulnya komplikasi.
1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet TKTP, lemak secukupnya. Bila timbul ensefalopati, protein dikurangi.
2. Pasien sirosis hati dengan sebab yang diketahui, seperti : Alkohol & obat-obat lain dianjurkan menghentikan penggunaannya. Alkohol akan mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh.Hemokromatosis, dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi atau terapi kelasi (desferioxamine). Dilakukan venaseksi 2x seminggu sebanyak 500 cc selama setahun. Pada penyakit wilson (penyakit metabolik yang diturunkan), diberikan D-penicilamine 20 mg/kgBB/hari yang akan mengikat kelebihan cuprum, dan menambah ekskresi melalui urin.
3. Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid
4.  Pada keadaan lain dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul
a) Untuk asites, diberikan diet rendah garam 0,5 g/hr dan total cairan 1,5 l/hr. Spirolakton dimulai dengan dosis awal 4×25 mg/hr dinaikkan sampai total dosis 800 mg sehari,bila perlu dikombinasi dengan furosemid.
b) Perdarahan varises esofagus. Pasien dirawat di RS sebagai kasus perdarahan saluran cerna. Pertama melakukan pemasangan NG tube, disamping melakukan aspirasi cairan lambung. Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik 100 x/mnt atau Hb, 9 g% dilakukan
Ø                 Pemberian IVFD dengan pemberian dekstrosa/salin dan transfusi darah secukupnya.
Ø                 Diberikan vasopresin 2 amp. 0,1 g dalam 500 cc cairan d 5 % atau salin pemberian selama 4 jam dapat dulang 3 kali.
Ø                 Dilakukan pemasangan SB tube untuk menghentikan perdarahan varises.
Ø                 Dapat dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan endoskopi kalau ternyata perdarahan berasal dari pecahnya varises.
Ø                 Operasi pintas dilakukan pada Child AB atau dilakukan transeksi esofagus (operasi Tanners0.
Ø                 Bila tersedia fasilitas dapat dilakukan foto koagulasi dengan laser dan heat probe.
Ø                 Bila tidak tersedia fasilitas diatas, untuk mencegah rebleeding dapatdiberikan propanolol.
c) Untuk ensefalopati dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada hipokalemia, aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises, dilakukan klisma, pemberian neomisin per oral. Pada saat ini sudah mulai dikembangkan transplantasi hati dengan menggunakan bahan cadaveric liver.
d)  Terapi yang diberikan berupa antibiotik seperti sefotaksim 2 g/8 jam i.v. amokisilin, aminoglikosida.
e)  Sindrom haptorenal/nefropati hepatik, terapinya adalah imbangan air dan garam diatur dengan ketat, atasi infeksi dengan pemberian antiobiotik, dicoba melakukan parasentesis abdominal dengan ekstra hati-hati untuk memperbaiki aliran vena kava, sehingga timbul perbaikan pada curah jantung dan fungsi ginjal.

H.  Gambaran Klinis
1.      Mual-mual, nafsu makan menurun
2.      Cepat lelah
3.      Kelemahan otot
4.      Penurunan berat badan
5.      Air kencing berwarna gelap
6.      Kadang-kadang hati teraba keras
7.      Ikterus, spider naevi, erytema palmaris
8.      Asites
9.      Hematemesis, melena
10.  Ensefalopati

I.     Pemeriksaan Laboratorium
1) Urine      : bila ada ikterus, urobilin dan bilirubin menjadi positif.
2) Feses     : ada perdarahan maka test benzidin positif.
3) Darah     : dapat timbul anemia, hipoalbumin, hiponatrium.
4) Test faal hati.


J.    Prognosis Yang Jelek
1.      Adanya ikterus yang jelek.
2.      Pengobatan sudah satu bulan tanpa perbaikan.
3.      Asi
4.      tes.
5.      Hati yang mengecil.
6.      Ada komplikasi yang neurologist.
7.      Ensefalopati.
8.      Perdarahan.

K.  Pengobatan
1.      Istirahat yang cukup.
2.      Makanan tinggi kalori dan protein.
3.      Vitamin yang cukup.
4.      Pengobatan terhadap penyulit.



















KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.     Data Fokus
1)      Data Subyektif
a)      Keluhan perut tidak enak, mual dan nafsu makan menurun.
b)      Mengeluh cepat lelah.
c)      Mengeluh sesak nafas
2)      Data Obyektif
a)      Penurunan berat badan
b)      Ikterus.
c)      Spider naevi.
d)      Anemia.Air kencing berwarna gelap.
e)      Kadang-kadang hati teraba keras.
f)        Kadar cholesterol rendah, albumin rendah.
g)      Hematemesis dan melena.

B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:
1)      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
2)      Intolerans aktifitas b/d kelemahan otot.
3)      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d hipertensi portal.
4)      Gangguan perfusi jaringan b/d hematemesis dan melena.
5)      Cemas b/d hematemesis dan melena.
6)      Gangguan pola nafas b/d ekspansi paru menurun
7)      Kerusakan komunikasi verbal b/d gangguan persarafan bicara.
8)      Resiko tinggi cedera b/d gerakan yang tidak terkontrol.
9)      Kerusakan mobilitas fisik b/d efek kekakuan otot.
10)  Defisit perawatan diri b/d keadaan koma.

C.     Rencana Tindakan
1)      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil: menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Rencana tindakan:
Intervensi
Rasional
1.   Diskusikan tentang pentingnya nutrisi bagi klien.
2.   Anjurkan makan sedikit tapi sering.


3.   Batasi cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
4.   Pertahankan kebersihan mulut.


5.   Batasi makanan dan cairan yang tinggi lemak.
6.   pantau intake sesuai dengan diet yang telah disediakan.

Nutrisi yang baik dapat mempercepat proses penyembuhan.
Peningkatan tekanan intra abdominal akibat asites menekan saluran GI dan menurunkan kapasitasnya.

Cairan dapat menurunkan nafsu makan dan masukan.
Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
Kerusakan aliran empedu mengakibatkan malabsorbsi lemak.
Untuk mencukupi nutrisi intake harus adekuat.

2)      Intolerans aktifitas b/d kelemahan otot.
Tujuan: Klien dapat beraktifitas sesuai dengan batas toleransi.
Kriteria hasil: menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
Rencana tindakan:
Intervensi
Rasional
1.  Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: apakah tekanan darah stabil, perhatian terhadap aktifitas dan perawatan diri.
2.  jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas contoh: posisi duduk di tempat tidur, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.
3.  Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan (makan, minum, mandi, berpakaian dan eleminasi).
Stabilitas fisiologis penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.

Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi.


D.    ASUHAN KEPERAWATAN

       I.            PENGKAJIAN
1. IdentitasNama                    : Tn. A..A.                    Tgl MRS          14-10- 2002Umur                    : 62 tahun                        Register            : 711844
Jenis kelamin    : Laki-laki                     Diagnose          : sirosis hepatis + sepsisSuku Bangsa     :Jawa  Jawa / IndonesiaAgama                       : IslamPekerjaan           : Pensiunan Pendidikan  : SMAAlamat               : Puncang Gang 3/05 C.Keluhan utama  : Sakit perut.

    II.            Riwayat Keperawatan

1.1  Riwayat penyakit sebelumnya
Penderita pernah batu ginjal dilakukan laser dan pernah dioperasi batu buli di rsud. Dr soetomo surabaya tahun 1987

1.2  Riwayat penyakit sekarang
Penderita muntah-muntahsejak 6 september 2002 kemudian tanggal 12 September 2002 perut semakin besar dan tegang di IRD pada tanggal 14 oktober 2002 dapat muntah air sekali, mual-mual, perut kembung, perut sakit badan lemah.

1.3  Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini,

1.4  Keadaan kesehatan lingkungan
Menurut keluarga, lingkunagn rumah cukup bersih karena kebiasaan keluarga dan masyarakat sekitar membersihkan rumah dan lingkunagn sekitar setiap minggu sekali.


1.5  Riwayat kesehatan lainnya
1.6  Alat bantu yang dipakaiGigi palsu  : --
                     Kaca mata        :--Pendengaran :taaLain-lain      :taa

III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan umum          :kondisi umum terlihat lemah.
2.      Tanda vital                 :S: 36,5 0C axilla, N: 100 x/mnt teratur dan kuat, TD: 100/70 mmHg lengan kiri dalam posisi berbaring, RR: 24 x/mnt.
3.       Body System
3.1 Pernafasan
            Hidung
            Trachea                                   
            Dada                                        : Tidak ada kelainan
            Bentuk                                     : simetris
            Gerakan                                   : simetris, nyeri dada (-)
            Suara nafas dan lokasi              : vesikuler +/+
            Jenis nafas                                : hidung
            Batuk                                       : (-).
            Sputum                         : tidak ada
            Cyanosis                                  : tidak ada
            Frekwensi nafas                        : 24 x/mnt.3.2 Kardiovaskuler            Nyeri dada                   : tidak ada          Pusing                          : tidak ada.       Kram kaki                    : tidak ada        Palpitasi                        : --       Clubing finger               :--        Suara jantung               : S1 S2 tunggal.            Edema                          : asites  Kapilari refill Time        : 2 dtk.
            Lainnya                                    : --3.3 Persarafan       Kesadaran                    : CM    GCS                            : E4V5M6        Kepala dan wajah        : dbn     Mata                            : anemis (+),            Sklera              : ikterus            Konjunctiva      : merah muda.   Pupil                 : isokor
            Leher               : DVJ (-).         Reflek fisiologis : dbn     Reflek patologis            : taa            Pendengaran                 : dbn     Penciuman                    : dbn     Pengecapan                  : dbn            Penglihatan                   : dbn     Perabaan                      : dbn     Lainnya                       : --3.4 Perkemihan –Eliminasi Urine            Produksi urine                          :  600 – 800 cc /hari.
                                    Warna urine                              : seperti teh.                              Gangguan saat kencing  : taa.
3.5 Pencernaan -  Eliminasi Alvi                   Mulut               : bersih, gigi lengkap, mukosa bibir lembab.                        Tenggorokan    : sakit menelan (-).                    Abdomen         : distensi (-), peristaltik usus baik.                        Rectum : dbn                 Bab                  : Lancar *(1 x sehari)-              Obat pencahar  : --                   Lavement         : --                   Lain-lain          : --



3.6 Tulang – Otot – Integumen
                        Kemampuan pergerakan sendi:     5                  5
                                                                         5                     5
                        Extremitas        :
-         Atas                       : pergerakan baik, kekuatan otot baik.
-         Bawah                    : pergerakan baik, kekuatan otot baik. Ada edema
-         Tulang belakang      :dbn
                        Kulit:
-         Warna kulit :sawo matang, agak ikterik.
-         Akral                      :hangat,
-         Turgor                    : baik
3.7 Sistem Endokrin
            Terapi hormon                          : --
            Karakteristik seks sekunder      : dbn
            Riwayat pertumbuhan dan perkembnagan fisik: taa
3.8 Sistem Hematopoietik     Diagnosis penyakit hematopoietik yang lalu        : --
            Type darah                                                       : O
3.9 Reproduksi
Laki – laki: tidak ada masalah.
4.0 Psikososial
                        Konsep diri: --
                        Citra diri:
-         Tanggapan tentang tubuh: taa
-         Bagian tubuh yang disukai: taa
-         Bagian tubuh yang tidak disukai:  taa
-         Persepsi thd kehilangan bagian tubuh: taa
-         Lainnya, sebutkan: taa
                        Identitas:
-         Status klien dalam keluarga: ayah, seorang suami, kepala rumah tangga
-         Kepuasan klien thd status dan posisi dlm keluarga: puas
-         Kepuasan klie thd jenis kelamin: puas
-         Lainnya, sebutkan: taa
                        Peran:
-         tanggapan klien thd perannya: cukup puas.
-         Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya: sanggup melaksanakan peran.
-         Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas.
                         Ideal diri/harapan:
-         harapan klien thd:
= Tubuh: suapaya cepat sembuh.
= Posisi (dlm pekerjaan): taa
= Status dlm keluarga: taa
= Tugas/pekerjaan: tidak ada masalah.
-         Harapan klien thd lingkungan: lingkungan tetap sehat
-         Harapan klien thd penyakit yg diderita: penyakitnya dapat segera disembuhkan.
                         Harga diri:
-         Tanggapan klien thd harga dirinya: tinggi
-         Lainnya, sebutkan: taa
                         Sosial/interaksi:
-         Hubungan dengan klien:kenal baik.
-         Dukungan keluarga:  aktif
-         Dukungan kelompok/teman/masyarakat:  aktif.
-         Reaksi saat interaksi: kooperatif, komunikasi lancar dan jelas.
-         Konflik yang terjadi terhadap: taa
   3.11 Spiritual:
-         Konsep tentang penguasa kehidupan: Kepada Tuhan.
-         Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Tuhan, tenaga dokter dan perawat serta dukungan keluarga.
-         Ritual agama yg berarti/diharapkan saat ini: dapat melaksanakan tuntunan dari pendeta dengan baik (selama dirawat).
-         Sarana/peralatan/orang yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan saat ini:  lewat ibadah.
-         Upaya kesehatan yang bertentangan dgn keyakinan agama: taa
-         Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit saat ini: sangat yakin Tuhan akan membantu kesembuhan.
-         Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: sangat yakin.
-         Persepsi thd penyebab penyakit: karena kelelahan.

Pemeriksaan penunjang:
Tgl 14-10-2002
a.       Hb       : 14 gr%                       Bill. Direk : 0,5 mg/dl
b.      GDA    : 79 mg/dl                     Bill Total : 1,37 mg/dl
c.       SGOT  :46,7 U/L                     SGPT : 35,9 u/l
d.      BUN    : 16 mg/dl                     Leukosit : 10,8
e.       SC       : 1,1mg/dl                     Trombo : 76
f.        K+          : 4,53 mEg/dl                Albumin            : 6,89 g/dl
g.       Na+        : 147mEg/dl                  Globulin            : 3,62 g/dl
h.       PCV-     : 0,41
Terapi:
Tgl 14-10-2002
a.       Oksigen Nasal 3 L /menit
b.      Infus PZ 0,9
c.       Mefetran 3x1
d.      Ranitidin 2x1


ANALISA DATA:
Data
Penyebab
Masalah
S: Klien mengatakan tidak ada selera makan dan perutnya mual.
O: Mukosa bibir kering, Muntah air, albumin 3,27 gr/dl.
Anoreksia.
Ggn Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan.
S: Klien mengeluh perutnya terasa penuh.
O: Asites (+), albumin 3,27 gr/dl, oedema ekstremitas bawah (+).
Penurunan tekanan osmotik plasma
Kelebihan volume cairan.
S: Klien dan keluarga banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan.
O: Wajah klien tampak murung, skala HARS: 7-8.
Kurangnya informasi mengenai regimen pengobatan dan perawatan.
Ansietas.




DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1.      Resiko pemenuhan nutrisi: kurang kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
Data penunjang:
S    : Klien mengatakan tidak ada selera makan dan perutnya mual.
O   : Mukosa bibir kering, Muntah air ,Muka agak pucat, albumin 3,27 gr/dl.
2.      Kelebihan volume cairan b/d penurunan tekanan osmotik plasma.
Data penunjang:
S    : Klien mengeluh perutnya terasa penuh.
O   : Asites (+), albumin 3,27 gr/dl, oedema ekstremitas bawah (+).
3.      Ansietas b/d kurangnya informasi tentang regimen pengobatan dan perawatan.
Data penunjang:
S    : Klien dan keluarga banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan.
O   : Wajah klien tampak murung, skala HARS: 7-8.


RENCANA INTERVENSI:
1.      Resiko pemenuhan nutrisi: kurang kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
Data penunjang:
S    : Klien mengatakan tidak ada selera makan dan perutnya mual.
O   : Mukosa bibir kering, muntah air,wajah agak pucat, albumin 3,27 gr/dl.
Tujuan: Setelah diberikan askep selama 3 hari, kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil: Klien dapat mengkonsumsi 1 porsi makanan yang disediakan.
Rencana tindakan:
No
Intervensi
Rasional
1.

2.


3.

4.


5.

Diskusikan tentang pentingnya nutrisi bagi klien.
Anjurkan makan sedikit tapi sering.

Batasi cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
Pertahankan kebersihan mulut.

Pantau intake sesuai dengan diet yang telah disediakan:
Nutrisi yang baik dapat mempercepat proses penyembuhan.
Peningkatan tekanan intra abdominal akibat asites menekan saluran GI dan menurunkan kapasitasnya.
Cairan dapat menurunkan nafsu makan dan masukan.
Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
Untuk mencukupi nutrisi intake harus adekuat.

2.      Kelebihan volume cairan b/d penurunan tekanan osmotik plasma.
Data penunjang:
S    : Klien mengeluh perutnya terasa penuh.
O   : Asites (+), albumin 3,27 gr/dl, oedema ekstremitas bawah (+).
Tujuan: Setelah diberikan askep selama 3 hari, volume cairan stabil.
Kriteria hasil: tidak terdapat perluasan oedema.
Rencana tindakan:
No
Intervensi
Rasional
1.
2.

3.

4.
5.



6.
Ukur intake dan output.
Awasi tekanan darah setiap 3 jam sekali.
Pantau derajat oedema.

Berikan perawatan mulut.
Batasi natrium dan air: diet TKRP RG dan minum ± 700 cc/24 jam.

Kolaborasi therapi diuretik.
Mengetahui status volume sirkulasi.
Tekanan darah yang meningkat berhubungan dengan kelebihan cairan.
Perpindahan cairan pada jaringan akibat dari retensi natrium dan air.
Menurunkan rasa haus.
Meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskular. Pembatasan cairan untuk memperbaiki pengenceran hiponatremia.
Mengontrol oedema dan asites.

3.      Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan dan perawatan.
Data penunjang:
S    : Klien dan keluarga banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan.
O   : Wajah klien tampak murung, skala HARS: 7-8.
Tujuan: Setelah diberikan askep selama 30 menit, klien dan keluarga dapat mengontrol cemas.
Kriteria hasil: Klien dan keluarga mengerti tentang penjelasan yang diberikan, klien kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan.
Rencana Tindakan:
No
Intervensi
Rasional
1.

2.

3.

4.


Informasikan tentang regimen pengobatan dan perawatan.
Jelaskan tujuan dan persiapan tindakan yang akan dilakukan.
Jawab pertanyaan dengan jujur dan nyata.
Kaji tersedianya dukungan pada klien yaitu istri dan anak-anaknya.
Memberikan dasar pengetahuan pada klien dan keluarga.
Penjelasan tentang prosedur akan dapat mengurangi kecemasan.
Informasi yang tepat dapat menurunkan kecemasan.
Menjadi sumber yang membantu mengurangi kecemasan.


IMPLEMENTASI:

Tanggal
No Dx. Kep
Implementasi
14-10-2002
10.00









10.30










10.40




Dx.No. 1











Dx No. 2










Dx. No 3
-         Mendiskusikan tentang pentingnya nutrisi bagi klien.
-         Menganjurkan makan sedikit tapi sering.
-         Menganjurkan tidak minum banyak sebelum dan sesudah makan.Menganjurkan kumur-kumur sebelum makan.
-         Memantau seberapa banyak makanan yang dikonsumsi klien: ¼ porsi, minum ½ gelas (100 cc).
-         Membantu saat klien makan, habis ½ porsi dan minum ½ gelas (100 cc).
-         Memberikan obat oral: lactulose 2 sendok.
-         Membantu saat klien makan: diet TKRP RG habis 1 porsi dengan dimakan 3x tahapan.

-         Menganjurkan keluarga untuk mencatat jumlah minum dan jumlah kencing selama 24 jam.
-         Memasang cairan infus PZ. 0,9% 14 tts/mnt.
-         Melakukan obs gejala cardinal: T: 100/70 mmHg, N; 100 x/mnt; RR: 24 x/mnt; S: 360C.
-         Memantau oedema: oedema perifer
-         Memantau intake minum 0 cc, infus 300 cc, jumlah urine 300 cc.
-         Melakukan obs gejala cardinal: T: 100/70 mmHg, N: 100 x/mnt, RR; 40 x/mnt; S: 360C.

-         Menjelaskan tentang prosedur pengobatan dan perawatan klien.Menjawab pertanyaan dengan jelas.
-         Mengkaji dukungan: istri dan anaknya sangat memberikan dukungan selama klien sakit.
-         Melakukan evaluasi verbal dan non verbal.

EVALUASI KEPERAWATAN:

Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
1.




2.






3.
Resiko pemenuhan nutrisi: kurang kebutuhan tubuh b/d anoreksia.

Kelebihan volume cairan b/d penurunan tekanan osmotik plasma.



Ansietas b/d kurangnya informasi tentang regimen pengobatan dan perawatan

S; Klien mengatakan sudah mau makan.
O; Mukosa bibir lembab, muntah tidak ada
A; Masalah teratasi.
P; Intervensi dilanjutkan
     Pasien Pindah ke RPI
S; Klien mengeluh perutnya kembung.
O; Asites (+), oedema perifer (+), T: 100/70 mmHg; S: 360C; RR: 24 x/mnt; N: 100 x/mnt, intake 300 cc, output 300 cc.
A; Masalah teratasi sebagian.
P; Intervensi dilanjutkan semua.

S; Klien menyatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
O; Wajah tampak tenang, klien kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.
A; Masalah teratasi.
P; Intervensi dihentikan.












BAB 111
PENUTUP

A.                            Simpulan
            sirosis merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Prevalen terbanyak pada laki-laki dan pada usia 51-60 tahun. penderita datang dengan keluhan utama terbanyak adalah ascites, diikuti dengan gejala ikterik. sedangkan pada pemeriksaan USG, yang paling banyak ditemukan adalah ascites, echostruktur hepar yang kasar, splenomegali, hipertensi porta dan pembesaran hepar. nodul, penebalan diding kandung empedu dan pasir empedu ditemukan pada kurang dari 50 % kasus.

B.                             Saran
            Bagi penderita sirosis hindari pengunaan alkohol yang berlebihan karena dapat menyebabkan sirosik kronik.



















DAFTAR PUSTAKA

-         Arthur C. Guyton and John E. Hal (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC, Jakarta.
-         Marylin E. Doengoes (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
-         Carpenito, Lynda Juall (2001), Diagnosa Keperawatan Edisi 8, EGC, Jakarta.
-         Soeparman (1987), Ilmu Penyakit Dalam I, FKUI, Jakarta.
-         Stefan Silbernagl, Florian Lang (2000), Pathophysiology, Thieme, Struttgart New York.
-         Sarjadi (1999), Patologi Umum  dan Sistemik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
-         sAji Dharma (1991), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.